Label

Minggu, 05 Februari 2012

Jejak Imam dari Wolowaru

Jejak Imam dari Paroki HAK Wolowaru

Chris Djoka Ringgi Sengga


Tahun 1937 menjadi tonggak awal berdirinya Gereja Paroki HAK Wolowaru. Dibawah komando Pater Mathias Naus, SVD (1939-1955), sejarah dan benih iman Katolik ditaburkan. Dengan bentuan serta peran para Mosa Laki serta tokoh-tokoh berpengaruh kala itu, sebuah bangunan megah bergaya Gothic berdiri, tepat ditengah perkampungan Wolowaru antara Lisedetu dan Bokasape.

Tahun 1937, selain menjadi tonggak awal perjalanan Gereja Katholik di Wolowaru, juga telah menjadi awal tumbuh suburnya benih iman Katholik bagi para umatnya. Gereja Wolowaru, yang tersebar pada 15 lingkungan dengan jumlah umat saat ini mencapai 8.738 jiwa dalam 1.078 KK, kini juga telah menghasilkan beberapa orang biarawan dan biarawati (imam dan suster) yang bertugas di tanah Flores maupun diluar Flores.

Imam dari Wolowaru.

Seorang putra sulung telah lahir. Demikianlah ungkapan yang muncul kala seorang umat dari Paroki HAK Wolowaru siap ditabhiskan. Sebuah gambaran dari suasana haru yang luar biasa seolah masih membekas dan terpatri dalam hati seluruh umat paroki. 

Ribuan umat dari seluruh wilayah paroki seolah tidak ingin melewatkannya. Ya. Pada akhir dekade 80-an, seorang imam baru, yang juga menjadi putra sulung (imam pertama) telah lahir dari rahim Paroki HAK Wolowaru. Sebuah masa yang cukup lama, sebuah masa penantian sejak akhir dekade 1930-an, kini terjawab, melalui seorang umat bernama Rm. Mathias Sala Rawa, Pr.

Umat dari seluruh paroki, dengan ragam perannya, turut serta dan terlibat aktif dalam berbagai persiapan menuju Kaul Imamat Rm. Thias, demikian biasa disapa. Bertempat di Lapangan Sepakbola Wolowaru, pada sebuah Replika Sa’o Ria yang sengaja dibangun pada sisi utara lapangan tersebut, dilaksanakan kaul imamat bagi Romo Thias, Pr. Oleh Uskup Agung Ende kala itu (Alm. Mgr. Donatus Djagom, SVD).

Ribuan umat dari wilayah paroki, dan beberapa paroki sekitarnya tumpah ruah memenuhi lapangan bola tersebut. Tidak ketinggalan pula, para saudara umat Muslim disekitar Wolowaru juga secara bersama terlibat untuk mensukseskan acara tersebut, termasuk anak-anak sekolah, dari SD hingga SMA.


Imam pertama yang sekaligus putra sulung para imam dari paroki Wolowaru telah lahir dalam diri Romo Mathias Sala Rawa, Pr, bersamaan dengan kaul imamatnya. Benih-benih imamat yang telah tumbuh tersebut, akhirnya juga terus bertumbuh hingga kini.

Selang beberapa tahun kemudian, kembali lahir dari rahim paroki Wolowaru. Pater Thomas, SVD, menjadi imam kedua dari paroki ini. Tidak cukup sampai disini, demikian sebuah kalimat bijak yang sering kita dengar. Pasca kedua imam tersebut, akhirnya kembali lahir imam-imam lain, diantaranya dalam diri Pater Eman Wero, SVD, Rm. Endi Sengga, Pr, Rm. Yance Sengga, Pr, dan terakhir Pater Cornelis.

Jejak imamat yang terus bertumbuh tersebut kini menunggu masa tuaiannya. Beberapa umat paroki yang saat ini masih mendalami studinya di seminari tinggi juga seolah menunggu waktu menuju kaul imamatnya. Doa seluruh umat, tentunya wajib kita daraskan, agar benih-benih panggilan yang telah ada melalui diri para imam yang telah ditabhiskan maupun yang sedang dalam perjalanan menuju imamatnya tetap terpelihara dan tidak padam.

Gereja HAK Wolowaru, yang saat ini sedang memasuki masa penantian menuju pesta intannya, seakan menjadi saksi sejarah bagi tumbuhnya benih iman di Wolowaru.

Kini, paroki yang dipimpin oleh Pater Vinsent Juja, SVD, tersebut terus berbenah, sekaligus terus menyuarakan panggilan kepada seluruh umat paroki, agar kelak, semakin banyak imam yang dapat lahir dari rahim paroki Wolowaru, serta sekaligus menjadi perwarta Kristus yang tangguh dimanapun mereka bertugas.

Selamat menunaikan tugas kepada para imam dari Paroki Wolowaru, semoga Tuhan selalu memberkati. 

Mengenang Suster Marceline, CIJ

Sr. Marceline, CIJ
oleh: chris djoka ringgi sengga


Kami akan  pikul pasir dan batu dari sungai dibelakang sekolah bila tidak mengikuti misa pada setiap Selasa dan Jumat. Demikian ujar Diakon Matheus Wuwu, seorang umat dari Paroki HAK Wolowaru yang kini menimba ilmu di Australia melalui media Facebook kepada HAK Wolowaru.

Itu hanya sekelumit gambaran dari betapa "keras" bimbingan yang dilakukan oleh Sr. Marceline CIJ, kepada para muridnya di SDK Wolowaru II. Banyak kisah menarik yang dapat dituliskan, dan semuanya menjadi sebuah simpul besar ketika kita coba merajutnya kembali untuk mengenang pengabdian Suster Marceline CIJ selama menajdi Guru sekaligus Kepala Sekolah di SDK Wolowaru II.

Keras dalam membimbing, tegas dalam bersikap. Itu menjadi pembawaan dari sang suster. Hal penting parokilainnya, beliau tidak pernah pilih kasih, dan pada intinya, siapa yang hendak mengenyam pendidikan di SDK Wolowaru II, wajib mengikuti ragam aturan yang telah diterapkan sejak sekolah tersebut berdiri.

Senada dengan Diakon Theus, Christanthy Nurak dari Denpasar yang dikirim melalui account FB paroki HAK Wolowaru menyampaikan, saat pembangunan sekolah, mereka para murid, bahu membahu bersama para suster maupun pengajar lainnya mengambil pasir dan batu dari sungai.

Semuanya bersatu dalam sebuah suasana kegotong-royongan yang kental, sebuah model kerja bersama antara para murid dan guru, yang tentunya juga didukung secara luar biasa oleh para orang tua, untuk mewujudkan mimpi membangun sebuah gedung sekolah yang representatif dan layak. Contoh yang patut ditiru, dan hal ini ternyata masih terus bertahan hingga saat ini, seperti misalnya saat pembangunan pagar kompleks Paroki HAK Wolowaru, umat dengan penuh tanggung jawab melalui masing-masing KUB secara bertahap menyelesaikan proses pembangunannya.

Seorang alumni SDK Wolowaru lainnya menyampaikan, bahwa pernah mengalami "hukuman" dari sang suster saat terlambat masuk sekolah. Saya berdiri dengan satu kaki didepan tiang bendera. Benar-benar menyiksa, tetapi kini hal itu membekas, bukan dalam artian dendam, tetapi akhirnya dapat mengambil makna dari "hukuman" tersebut, yaitu kedisiplinan.

Ada ragam cara yang dilakukan Suster Marceline CIJ dalam membentuk karakter para muridnya. Tetapi dari kesemuanya itu, ada sebuah mimpi besar yang selalu dibawanya, beliau ingin para muridnya bisa berhasil.

Kini, sang suster tergolek lemah di usianya yang telah senja, dalam sentuhan kasih para suster perawat di Biara Susteran CIJ Jopu. Telah banyak anak didikannya yang telah berhasil dan tersebar pada beberapa wilayah Flores dan Indonesia. Semoga karyanya tetap menjadi sebuah goresan positif bagi para alumni SDK Wolowaru II......


Salam dalam Nama Jesus....



Bagi para alumni SDK Wolowaru II yang ingin menuliskan kenangan saat menjadi siswa di SD tersebut dapat mengirimkannya melalui account FB Paroki HAK Wolowaru......