Label

Minggu, 05 Februari 2012

Mengenang Suster Marceline, CIJ

Sr. Marceline, CIJ
oleh: chris djoka ringgi sengga


Kami akan  pikul pasir dan batu dari sungai dibelakang sekolah bila tidak mengikuti misa pada setiap Selasa dan Jumat. Demikian ujar Diakon Matheus Wuwu, seorang umat dari Paroki HAK Wolowaru yang kini menimba ilmu di Australia melalui media Facebook kepada HAK Wolowaru.

Itu hanya sekelumit gambaran dari betapa "keras" bimbingan yang dilakukan oleh Sr. Marceline CIJ, kepada para muridnya di SDK Wolowaru II. Banyak kisah menarik yang dapat dituliskan, dan semuanya menjadi sebuah simpul besar ketika kita coba merajutnya kembali untuk mengenang pengabdian Suster Marceline CIJ selama menajdi Guru sekaligus Kepala Sekolah di SDK Wolowaru II.

Keras dalam membimbing, tegas dalam bersikap. Itu menjadi pembawaan dari sang suster. Hal penting parokilainnya, beliau tidak pernah pilih kasih, dan pada intinya, siapa yang hendak mengenyam pendidikan di SDK Wolowaru II, wajib mengikuti ragam aturan yang telah diterapkan sejak sekolah tersebut berdiri.

Senada dengan Diakon Theus, Christanthy Nurak dari Denpasar yang dikirim melalui account FB paroki HAK Wolowaru menyampaikan, saat pembangunan sekolah, mereka para murid, bahu membahu bersama para suster maupun pengajar lainnya mengambil pasir dan batu dari sungai.

Semuanya bersatu dalam sebuah suasana kegotong-royongan yang kental, sebuah model kerja bersama antara para murid dan guru, yang tentunya juga didukung secara luar biasa oleh para orang tua, untuk mewujudkan mimpi membangun sebuah gedung sekolah yang representatif dan layak. Contoh yang patut ditiru, dan hal ini ternyata masih terus bertahan hingga saat ini, seperti misalnya saat pembangunan pagar kompleks Paroki HAK Wolowaru, umat dengan penuh tanggung jawab melalui masing-masing KUB secara bertahap menyelesaikan proses pembangunannya.

Seorang alumni SDK Wolowaru lainnya menyampaikan, bahwa pernah mengalami "hukuman" dari sang suster saat terlambat masuk sekolah. Saya berdiri dengan satu kaki didepan tiang bendera. Benar-benar menyiksa, tetapi kini hal itu membekas, bukan dalam artian dendam, tetapi akhirnya dapat mengambil makna dari "hukuman" tersebut, yaitu kedisiplinan.

Ada ragam cara yang dilakukan Suster Marceline CIJ dalam membentuk karakter para muridnya. Tetapi dari kesemuanya itu, ada sebuah mimpi besar yang selalu dibawanya, beliau ingin para muridnya bisa berhasil.

Kini, sang suster tergolek lemah di usianya yang telah senja, dalam sentuhan kasih para suster perawat di Biara Susteran CIJ Jopu. Telah banyak anak didikannya yang telah berhasil dan tersebar pada beberapa wilayah Flores dan Indonesia. Semoga karyanya tetap menjadi sebuah goresan positif bagi para alumni SDK Wolowaru II......


Salam dalam Nama Jesus....



Bagi para alumni SDK Wolowaru II yang ingin menuliskan kenangan saat menjadi siswa di SD tersebut dapat mengirimkannya melalui account FB Paroki HAK Wolowaru......

2 komentar:

  1. sebuah contoh yang pembangunan karakter yang luar biasa dari Sr. Marcel....jasamu akan selalu kami kenang suster.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Jasa Suster selalu mengendap dan membatu dalam lubuk hati bekas anak muridnya semua

      Hapus